Judul diatas sangat tepat untuk menggambarkan kondisi inflasi
di Sumatera Utara. Kepala BPS Ir. Wien Kusdiatmono, MM didampingi Kepala Bidang
Statistik Distribusi, Bismark Saor Pardamean, M.Eng dan Kepala Bidang Statistik
Produksi, Dwi Prawoto, SE, M.Si dalam siaran pers-nya tanggal 3 Febuari 2014
menyampaikan, bahwa inflasi Sumatera Utara lebih tinggi dari Inflasi Nasional,
pedasnya cabe merah mengambil andil yang cukup signifikan bagi kenaikan inflasi
di Sumatera Utara.
Wien menyampaikan bahwa inflasi Sumatera Utara
melampau inflasi Nasional. “Pada Januari 2014, empat kota dengan indeks harga
konsumen di Sumut seluruhnya mengalami inflasi. Inflasi di 4 kota itu membentuk
inflasi di Sumut sebesar 1,1 persen. Kita lebih tinggi dari nasional yang hanya
1,07 persen. Di Medan dengan peran mencapai 86 persen terhadap pembentuk
inflasi provinsi penyebab utama inflasi adalah cabai merah. Kenaikan harga
17,41 persen atas harga komoditi ini memberikan andil sebesar 0,27 persen
terhadap inflasi di Medan,” ujarnya.
Sebagaimana diketahui cabe merah merupakan salah satu
komoditi yang berasal dari Kabupaten Karo, yang sampai dengan saat ini masih
diterpa bencana erupsi sinabung. Terhambatnya pasokan cabe merah dari Kabupaten
Karo semakin memperparah lonjakan harga yang masih tinggi dibeberapa pasar
tradisional di Sumatera Utara.
Wien juga
mengatakan peran cabai merah dalam pembentukan inflasi di Sumut, tidak hanya
terjadi di Medan. Kenaikan harga cabai juga menjadi penyebab inflasi di 3 kota
dengan IHK lainnya, yakni Pematang Siantar, Padangsidimpuan dan Sibolga.
“Selain di
Medan, cabai juga menjadi penyebab inflasi di seluruh kota dengan IHK di Sumut.
Di Pematang Siantar, andil cabai mencapai 0,25 persen, di Sibolga andilnya 0,77
persen, dan Padang Sidimpuan andilnya 0,43 persen,” tambahnya. (jefmo)